Rabu, 22 Maret 2017

puisi untuk ibu

Untuk Ibuku tercinta

Ku ingin,
Menghirup udara yang kau hirup.
Melangkah,
Di tempatmu melangkah.
Berteduh,
Di tempatmu berteduh.
Dan terlelap di atas pangkuanmu.

Ibu...
Ku hanya ingin selalu bersamamu.
sepanjang waktuku...

-----------------------

Mengingat Ibu

Dengan berselimut kesendirian
Kuterbangun menatap langit langit kamarku
Terlintas di benak sosok engkau
Yang selalu menemaniku menjemput pagi
Yang selalu menemaniku menikmati panasnya sinar matahari
Yang selalu menemaniku menyaksikan bulan dan bintang
Dan kembali mengantarku ke dalam tidur yang panjang

Semua itu kini tak dapat lagi kurasakan
Karena saat ini ku jauh darimu
Mekipun sebenarnya ku tak bisa
Namun ku yakin semua itu akan berakhir

Ibu...
Aku rindu dengan senyummu
Aku rindu dengan kasih sayangmu
Aku rindu dengan belai lembutmu
Aku rindu akan pelukmu
Ku ingin kau tahu itu

Ibu....
Kau selalu ada
Di setiap hembusan nafasku
Di setiap langkah kakiku
Di setiap apa yang ku gapai
Karena kau begitu berarti dalam hidupku

Senin, 13 Maret 2017

Kisah seorang ibu

Seorang ibu bertanya kepada anaknya yang berusia 5 tahun, “Kalau mama dan kamu sedang pergi bermain bersama, lalu kita kehausan tapi tidak ada air, dan kebetulan di dalam tas kecil kamu ada 2 buah apel, apa yang kamu akan lakukan?”
Si anak berpikir sejenak, lalu menjawab mantap, “Saya akan menggigit kedua apel tersebut.”
Mendengar jawaban si anak, ibunya pun kecewa. Awalnya ia berpikir untuk segera mengajarkan anaknya mengenai apa yang seharusnya dilakukan, namun sang ibu terdiam dan mencoba bersabar

Kisah ispiratif seorang ibu

MASUK TAPTAP Kompasiana /kompasiana TERVERIFIKASI IKUTI PILIHAN HEADLINE 3 Kisah Inspiratif Perjuangan Seorang Ibu demi Menghidupi Anak-anaknya 22 Desember 2016 21:04:02 Diperbarui : 23 Desember 2016 17:19:39 Dibaca: 637 Komentar: 3 Nilai: 6 Durasi Baca : 3 menit Ilustrasi. Kintakun. Sudah berapa Hari Ibu kita lewati bersama ibu? Rasanya sudah bertahun-tahun lamanya. Tak dapat disangkal, ibu adalah orang yang pertama kali mencintai kita apa adanya. Bahkan sejak di dalam kandungan pun, ia adalah orang pertama yang tulus menyayangi dan rela mengorbankan jiwa raganya agar anaknya tetap sehat dan selamat sampai nantinya lahir ke dunia. Setelah anaknya lahir, kasih sayang ibu pun bertambah dimulai dari erangan tangis ketika melihat kita keluar dari rahimnya. Ibu terlihat sangat bahagia seakan-akan ia telah melupakan rasa sakitnya ketika berjuang melawan maut demi melahirkan kita. Seorang ibu tidak pernah menginginkan hadiah mewah dari anaknya. Bahagianya sang ibu datang dari hal-hal sederhana. Asal anaknya selalu menuruti nasihat dan membalas perlakuannya dengan baik, ia sudah senang. Kesenangan ini kadang tidak terlihat langsung di wajahnya, tetapi terukir dengan indah di hatinya. Saat ia sedih pun, jarang langsung ia tunjukkan pada anak-anaknya. Seolah-olah ia selalu terlihat bahagia, padahal siapa yang tahu apa yang ia rasakan sebenarnya. Yang jelas, kebahagiaan anaknya adalah kebahagiaan dirinya juga, tak perlu harus sekeras apapun ia lakukan agar anaknya bisa tersenyum. Tak peduli profesi, tingkat sosial atau usia, seorang ibu tetaplah ibu. Memperingati hari ibu (22/12) ini, beberapa Kompasianer memiliki kisah serta makna tersendiri mengenai sosok ibu yang dapat menginspirasi orang-orang di luar sana. Kompasianer Tom Artandi mengisahkan tentang seorang ibu yang ia temui ketika ia sedang makan nasi uduk di sebuah tenda warung makan. Ibu itu melintas di depan Tom dengan gerobak yang di dorongnya. Lalu tanpa ragu Tom memanggil sang ibu. Sesaat kemudian, walaupun pada awalnya ibu itu terlihat bingung, Tom berhasil membuat ia menghampirinya. Tanpa pikir panjang, Tom langsung memesankan nasi uduk tiga bungkus untuk ibu dan kedua anaknya yang tertidur pulas di dalam gerobak tersebut. Raut wajahnya menunjukan kegembiraan yang luar biasa dan berkali-kali mengucapkan terima kasih. Dengan wajah cokelat yang tersirat kelelahan tetapi terlihat ramah, sang ibu bercerita tentang suaminya yang telah meninggal karena sakit berkepanjangan yang tidak bisa disembuhkan karena mereka tidak mempunyai biaya untuk berobat ke dokter. Gerobak tua tersebut adalah harta satu-satunya peninggalan sang suami yang berprofesi sebagai pemulung. Malangnya, kini sang ibu harus sendirian berjuang keras untuk menghidupi dua anaknya yang selalu dibawa kemanapun ia pergi. Setiap hari sang ibu berkeliling perumahan untuk mencari sisa-sisa barang, menyusuri jalan raya, sambil membawa dan menghibur dua anaknya yang masih kecil. Dari wajahnya, terlihat sosok yang dengan sangat tegar menjalani kerasnya hidup. "Lepas segala ambisi dan nafsu duniawi, jatuh tersungkur di hadapan ketulusan seorang hamba, hamba yang begitu tulus menjalani hidupnya. Dengan semua ujian hidup yang begitu berat, dia tetap tersenyum menghadapi kerasnya kehidupan, tak ada iri dan dengki terhadap sekelilingnya yang hidup jauh lebih beruntung, dan dengan ikhlas ia berkata: Tuhan Maha Adil." papar Tom. Kisah menginspirasi lain datang dari Kompasianer Irwan Bajang. Irwan memiliki seorang langganan penjual sayur dekat rumahnya yang bernama Bu Yani. Bu Yani memiliki lebih dari 10.000 koleksi buku di rumahnya. Ia sering membeli sayur di tempat Bu Yani sampai suatu saat ia jarang datang dan mendengarkan cerita Bu Yani lagi. Hingga beberapa lama kemudian, Irwan dan istrinya kembali mengunjungi dan membeli sayur ke Bu Yani. Tak diduga, ternyata Bu Yani sedang mengalami masalah pelik yang mengakibatkan beberapa hartanya, termasuk mobil pick-up yang biasanya dipakai untuk membeli ikan, telah dijual. Bu Yani pun kini harus sendirian berbelanja ke pasar sambil menggotong hampir satu kuintal sayur ditambah menggendong dua anaknya yang masih kecil. Mendengar cerita itu, sambil melihat-lihat koleksi buku Bu Yani, Irwan pun ditawari untuk membelinya. Bu Yani bermaksud menjualnya dengan sangat murah, yakni 2000 per judul buku. Dengan memikirkan anggaran yang dimilikinya, Irwan pun mempertimbangkannya hingga ia mendadak teringat ibunya sendiri dan membayangkan sang ibu berada di posisi Bu Yani yang sedang berduka seperti ini. Irwan pun pada akhirnya membantu mempublikasikan penjualan buku milik Bu Yani ini. Seorang ibu memang tidak mau melihat anaknya kesusahan. Sesulit apapun keadaan ekonomi keluarga, ia selalu berusaha mencari pekerjaan apapun agar anaknya bisa hidup layak. Seperti kisah nyata mengharukan yang dialami sendiri oleh Kompasianer Sam, ibunya termasuk dalam "kategori" ini. Cerita dimulai dari ayah Sam yang diberhentikan dari pekerjaannya sebagai supir truk tangki minyak tanah. Hal ini menyebabkan keluarganya sulit untuk bertahan hidup karena tidak ada pemasukan. Hingga suatu saat, dengan bermodalkan ijazah SLTA, ibu Sam bekerja di sebuah pabrik pembuatan mie tidak jauh dari rumahnya. Walaupun pada awalnya tidak direstui ayah Sam, sang ibu terus memaksa untuk bekerja demi terus menyekolahkan anaknya. Dengan berat hati, akhirnya sang ibu bekerja sebagai buruh pabrik. Sebulan kemudian, sang ayah mendapat pekerjaan baru sebagai supir distributor air mineral. Setelahnya, keluarga Sam mulai berkecukupan kembali. Dengan ayah dan ibu yang sama-sama bekerja, Sam dan adiknya menjadi semakin rajin dan semangat untuk bersekolah. Perjuangan kedua orang tuapun tidak mereka sia-siakan. Ibu adalah orang yang pertama kali menyayangi kita, tidak peduli seberapa buruk perlakuan kita terhadapnya. Ibu adalah sosok paling tegar yang pernah ada, yang rela mengorbankan apapun demi menghidupi buah hatinya. Se-arogan apapun sosok ibu yang pernah ada, mereka tidak akan mungkin menjebloskan buah hatinya sendiri ke dalam jurang. Ia akan tulus berjuang melindungi sampai kapanpun, demi keselamatan dan kebaikan anaknya. Dengan segala kerendahan hatinya, ibu adalah sosok pahlawan multitalenta sejati. Ia mampu bekerja, mendidik, dan mengurus apapun sekaligus. Tidak hanya di Hari Ibu, sudah seharusnya kita menganggap spesial dan mencintai ibu kita setiap hari. Karena di dalam setiap kesuksesan yang telah kita peroleh, tidak lupa terdapat peran besar dari usaha dan doa khidmat sang ibu. Jadi, sudahkah kamu menyebut nama ibumu di dalam setiap panjatan doamu hari ini?

Selengkapnya : http://m.kompasiana.com/kompasiana/3-kisah-inspiratif-perjuangan-seorang-ibu-demi-menghidupi-anak-anaknya_585bce5a04b0bd0a1b22216b

Cerpen untuk ibuku

Pagi buta sebelum berangkat bekerja Ibu salat subuh terlebih dahulu. Setiap hari Ibu bekerja dan bekerja. Pekerjaan Ibuku itu, memang menurut saya tidak terlalu berat, karena saya belum merasakan sendiri. Tapi, hari ini saya sedih, nangis, kesal dan menyesal setelah saya tahu begitu beratnya mencari uang seribu demi seribu.
Setiap hari Ibu berjualan tak sedikitpun ia merasa lelah ataupun cape. Mungkin sebenarnya ia cape, lelah tapi itu hanyalah nyanyian kesedihannya yang selalu ditutupinya demi kebahagiaan anak-anaknya. Sungguh sebuah pengorbanan yang tak ternilai harganya dibanding dengan apapun. Saya bicara seperti ini, karena saya sudah merasakannya sendiri. Betapa perih yang saya rasakan saat saya berjualan.
Rumah demi rumah saya datangi tak seorang pun ada yang mau beli. Saya berjualan keliling dari rumah ke rumah. Sampai saya berniat hendak pulang, tapi urungkan niatnya, kebetulan saya bertemu Kakak saya di jalan, katanya coba jualannya ke rumah sakit saja. Akhirnya saya ke sana, apa yang terjadi ternyata tidak ada yang mau beli juga. Sudah putus asa, sakit hati ini, nangis sepanjang jalan, sampai saya teringat Ibu. Begitu besar pengorbananmu Bu. Engkau pelitaku, cahaya hidupku surgaku ada di telapak kakimu Ibu.